kisah-binaragawan-alami-jantung-kolaps-diduga-gegara-sering-minum-air-dinginkisah-binaragawan-alami-jantung-kolaps-diduga-gegara-sering-minum-air-dingin

Jakarta – Franklin Aribeana telah melalui serangkaian pengalaman yang melibatkan penyakit jantungnya, yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 20 kali. Diketahui, kebiasaan minum air dingin setelah berolahraga gym diduga menjadi pemicu utama kejadian tersebut.

Kejadian itu pertama kali disadari ketika Aribeana berusia 18 tahun dan sedang berada di gym. “Saya meneguk air dingin. Setelahnya, saya merasakan sensasi seperti adanya dentuman dalam dada,” ungkap Aribeana, seperti yang dilaporkan oleh NYPost.

Binaragawan berusia 35 tahun itu telah terbiasa minum air dingin setiap kali menyelesaikan sesi gym sebagai upaya untuk menyegarkan dirinya. Namun, setiap kali melakukan hal tersebut, jantungnya mulai berdetak dengan sangat cepat.

Baca Juga : Hampir 2 Pekan Berpuasa, Masih Kurang Semangat Berolahraga? Ini Bahayanya Jika Terlalu Lama ‘Off’ dari Aktivitas Fisik

Setelah menyadari adanya keluhan pada jantungnya, Aribeana memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter. Namun, proses ini tidaklah mudah baginya.

Setelah 15 tahun dan sebanyak 25 kali berkonsultasi dengan dokter, Aribeana baru mengetahui akar masalahnya. Ia juga menjalani serangkaian tes genetik.

Hasilnya menunjukkan bahwa Aribeana mengidap kelainan genetik yang menyebabkan fibrilasi atrium, sebuah jenis aritmia yang terjadi akibat gangguan pada sinyal listrik yang mengontrol detak jantung, yang pada gilirannya menyebabkan ketidaksinkronan dalam detak jantung.

Kunjungi : perancatoto

Dokter menduga bahwa aritmia yang dialami Aribeana dipicu oleh air dingin yang mempengaruhi saraf vagus, bagian dari sistem saraf yang mengatur detak jantung. Ini disebabkan oleh fenomena ‘diving reflex’, di mana paparan air dingin memperlambat detak jantung untuk menghemat oksigen dan energi.

Tak hanya itu, kondisi jantungnya juga dipengaruhi oleh riwayat penyakit jantung yang dimilikinya. Akibatnya, detak jantungnya semakin cepat, tekanan darah menurun, bahkan hingga pingsan.

Lebih lanjut, kondisinya diperparah oleh olahraga intens yang dilakukannya, seperti angkat beban.

Menurut dokter yang menanganinya, Khashayar Hematpour, kondisi yang dialami Aribeana merupakan hal yang jarang terjadi. Untuk mengatasinya, dokter melakukan operasi ablasi.

“Yang menarik adalah bahwa gejala tidak biasa yang dialami Aribeana membuat diagnosis dini tidak mungkin dilakukan oleh dokter,” ungkap Hematpour.

Selama operasi, dokter melakukan ablasi, yaitu memutuskan hubungan antara saraf vagus dan jantung. Setelahnya, Aribeana dapat kembali menjalani aktivitasnya, meskipun tetap membutuhkan pengobatan rutin untuk jantungnya.

Sumber : DetikHealth

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *